Bank Syariah Kejam???

Oleh : Dr. Luqyan Tamanni (Founder Sakinah Finance)

Heboh bank Syariah ‘kejam dan dholim’ sedang viral dan diviralkan oleh minimal dua kalangan.

Pertama, oleh mereka yang dari awal memang menolak, antipati, atau curiga dengan perbankan Syariah. Mereka seperti menemukan ‘bukti’ baru bahwa memang bank Syariah hanya slogan, dan isinya mah sama aja dengan konvensional. Dalam kelompok ini berkumpul kalangan dari spektrum yang sangat luas, dari yang sekedar annoyed sampai yang mengasosiasikan bank syariah dengan gerakan ekstrimis. Semuanya sontak berkata “bener kan, gua bilang juga apa!”

Kelompok kedua adalah mereka yang sangat mendukung, mengkampanyekan, dan bahkan menjadi bagian dari gerakan ekonomi Syariah. Sayangnya, mereka menviralkan secara tidak sengaja, dengan bertindak reaktif. Hasilnya tambah heboh, karena argumentasi yang disampaikan cenderung emosional, defensive, dan tidak menjawab substansi isu yang dituduhkan tersebut. Lagi-lagi ini memperkuat apatisme kelompok pertama, “tuh kan, ane bilang juga apa!”

Sesungguhnya, pertanyaan lebih penting dibandingkan kedua anekdot reaksi diatas adalah bagaimana menyelesaikan isu-isu yang menjadi sebab munculnya statement “dholim” tersebut.

Ada beberapa poin yang mungkin relevan ketika menjawab isu pokok dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia.

Pertama, teman-teman di perbankan Syariah harus semakin professional dan kompeten dalam pekerjaanya. Bank dan perbankan adalah bisnis kepercayaan. Dan kepercayaan atau trust hanya akan terbentuk dalam jangka waktu yang lama, serta perlu dipagari dengan berbagai aturan internal dan eskernal yang sangat ketat. Maka kalau anda adalah bankir yang tidak bisa/bersedia membangun kepercayaan dari nasabah atau masyarakat, maka anda berada dibidang usaha yang salah.

Trust, trust & trust adalah ‘mantra’ yang harus terus diinternalisasi. Mari fokus membangun amanah dan kepercayaan nasabah dengan kapasitas diri yang semakin mumpuni, layanan yang super excellent, dan kepatuhan Syariah yang tinggi.

Kedua, Syariah adalah label-nama-sandaran yang sakral. Ketika anda menggunakan apapun yang ada syariahnya, maka anda sebagai nasabah dan bankir harusnya sadar betul implikasinya. Kalau anda bankir Syariah nakal, maka anda akan merusak bukan hanya reputasi anda sendiri, tapi juga institusi, ekosistem, dan juga prinsip Syariah yang luas itu. Kalau anda nasabah nakal di bank Syariah, maka anda sesungguhnya sedang bermain api. Anda berada di koridor yang salah.

Untuk itu, perlu semua pihak terus mendalami jenis layanan keuangan yang baru berusia 30-35 tahun ini. Pelajari sistem prosedurnya, dalami mekanisme akadnya, ketahui risk-return profilenya. Keuangan konvensional yang sudah ratusan tahun saja masih sering men’dholimi’ nasabah, dan sering juga nyusahin negara sampai pajak masyarakat digunakan untuk menyelamatkan mereka. Ingat kan kasus Bank Exim, Bank Century, ‘bank rekap’ atau Jiwasraya?

Ketiga, semakin banyak tokoh masyarakat yang memberi komentar terhadap ekonomi dan keuangan syariah sejak beberapa tahun terakhir, seiring naiknya profile industri keuangan syariah. Meski terkadang beliau-beliau teramat gemar menggunakan kata-kata bombastis dalam menyampaikan kritik. Kalimat superlative sering menjadi pilihan, dan semakin menggaung ketika diamplifikasi oleh media – yang biasanya gemar berita sensasional.

Untuk itu, para pengusaha, ustadz-preneur atau para pejabat publik, semoga semakin sering bersuara, berpendapat dan mengkritisi industri syariah ini. Suara anda didengar dan menjangkau begitu jauh, sehingga manalah tahu suara tersebut dapat menjadi pemicu edukasi dan literasi yang lebih luas. Silahkan kritik sepedasnya, silahkan terus menyuarakan isi hati dan pemikiran anda, sepanjang itu adalah faktual dan untuk perbaikan.

Dan kalaupun bapak merasa didholimi, harusnya bisa langsung protes dan proses ke jalur yang sudah ada secara terang benderang, baik jalur hukum perdata/pidana atau jalur perlindungan konsumen. Gitu aja kok repot.

Admin AnwarBank Syariah Kejam???