“Petani” sebuah profesi yang dilupakan

Halo Sahabat Sakinah!

Dari survei peserta pelatihan Masa Persiapan Pensiun (MPP) Syariah Sakinah Finance, didapati 30% dari 3000 karyawan/ti yang siap jadi petani berbanding dengan tiba-tiba menjadi pebisnis kuliner misalnya. Hal ini karena banyak peserta yang hobi bercocok tanam sejak usia muda. Tentu saja hobi ini bisa menjelma menjadi profesi “Petani” yang sangat disesalkan telah menjadi sebuah profesi yang dilupakan. Menurut Psikolog Sakinah Finance, dengan menyibukkan diri di kebun atau sawah, secara psikologi sangat membantu menurunkan stres atau kegelisahan, misalnya pada mantan pejabat yang “power syndrome.”

Yang tak kalah pentingnya, lahan pertanian di Indonesia yang masih perlu digarap mencakup lahan kering masam dan lahan kering beriklim kering, terutama di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua. Pemerintah sedang merencanakan pencetakan sawah di lahan rawa Kalimantan Tengah, yang dianggap penting untuk meningkatkan dan mengamankan ketersediaan beras dalam negeri. Sebuah potensi bukan?

Terlebih lagi kalau kita baca fakta berikut. Hingga awal 2025, Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan utama. Pada Januari 2025, impor gula mencapai 308.780 ton senilai US$162,83 juta, mayoritas berasal dari Thailand (93,1%). Impor kedelai selama Januari–September 2024 tercatat 2,16 juta ton senilai US$1,15 miliar, sebagian besar dari Amerika Serikat. Untuk daging lembu, Indonesia mengimpor 18.220 ton senilai US$61,2 juta pada Januari 2025, terutama dari India, Australia, dan Brasil. Impor jagung selama Januari–September 2024 mencapai 967.920 ton senilai US$247,94 juta, mayoritas dari Argentina dan Brasil. Sementara itu, impor beras sepanjang 2024 mencapai sekitar 3 juta ton, dengan pasokan terbesar berasal dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar (data dari Bisnis, Kontan, Kompas, CNBC).

Sangat miris ketika menyadari bahwa rakyat Indonesia yang hidup di tanah agraris setiap tahun kekurangan pasok makanan.

Mengutip kitab Al-Kasb karangan Asy-Syaibani, ulama klasik yang hidup antara tahun 132H/748M – 189H/804M, disebutkan sektor pertanian adalah sektor paling penting di sebuah negara yang harus diberikan perhatian yang lebih karena menyangkut hajat orang banyak.

Ternyata tulisan yang berusia 1200 tahun lebih ini masih sangat layak untuk direnungkan. Setelah Asy-Syaibani, lahir ulama bernama Abu Khayr yang dikenal dengan ahli botani dan pertanian dalam kitabnya Al-Filahah yang ditulis sekitar abad ke-12M. Salah satu isinya adalah tentang empat cara menampung air hujan termasuk bagaimana membuat irigasi. Keren bukan?

#marijadipetani

Salam Sakinah!

👩🏻‍🌾👨🏿‍🌾🌾🌿🌴🌳🌱🍀🍃🪺

Admin Anwar“Petani” sebuah profesi yang dilupakan