POLUSI

Beberapa hari ini kita mengalami kadar polusi udara yang sangat buruk di Jakarta. Banyak yang tiba-tiba menderita batuk, radang tenggorokan, dan berbagai gangguan kesehatan (pernafasan) lainnya.

Polusi yang mengganggu kesehatan kelihatannya merupakan penyebab, atau sebab sakitnya manusia.

Namun kalau kita fikir sejenak, polusi justru adalah akibat dari kesalahan kolektif manusia. Membabat hutan, aktivitas ekonomi yang membabi buta, gaya hidup yang tidak ramah lingkungan, dan seterusnya.

Jadi, polusi adalah ulah kita sendiri.

Begitu juga dengan kabut yang menyelimuti keuangan keluarga. Indikator yang utama tentu seberapa besar kewajiban utang yang kita tanggung. Seberapa panjang lilitan yang menjerat leher kita.

Sama seperti polusi, utang adalah kabut yang bisa dicegah, dapat dihindari.

Karena punca dan sebabnya adalah kita sendiri. Lifestyle konsumtif kita, toleransi terhadap kredit, dan umumnya tidak rapi dalam hal pengaturan keuangan.

Sama seperti polusi juga, hanya dua obatnya.

Obat instan polusi adalah hujan deras yang turun seharian – meski agak sulit di dapat dalam musim kemarau seperti sekarang ini. Begitu juga, obat utang yang instan tentu saja adalah kucuran dana dalam jumlah yang besar, bisa dalam bentuk bonus, windfall, pesangon, warisan, atau hasil jual aset yang sepadan.

Kemudian, obat lain yang mungkin lama sembuhnya (namun sustain), adalah moratorium. Artinya hentikan semua utang baru, serta ubah drastis gaya hidup yang merusak dan ugal-ugalan. Stop boros, hindari over-konsumtif, dan mulai hidup dalam batas kemampuan yang wajar (belajar hemat, frugal).

Dengan menelan dua pih pahit tadi, semoga kabut yang menyelimuti kita akan berlalu. InsyaAllah.

#SFdailywisdoms #365tips #SakinahFinance

Admin AnwarPOLUSI